Senin, 18 Mei 2015

Teori-Teori Karir Menurut Para Ahli

Teori-Teori Pilihan Karir Menurut Para Ahli

Para ahli yang mengembangkan teori-teori pilihan karir antara lain diungkapkan oleh: Peter M. Blau (1950), Donald E. Super (1957), John Holland (1959), dan David V. Tiedeman (1989) sebagai berikut.

A.   Peter M. Blau (1950)
Menurut Peter M. Blau (Sukardi, 1987: 86) arah pilihan karir seseorang merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penunjang maupun faktor penghambat bagi seseorang dalam membuat keputusan karir. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir di antaranya sebagai berikut: pengalaman sosial, interaksi dengan orang lain, potensi-potensi yang dimiliki, aspirasi orang tua, keadaan sosial ekonomi orang tua, pengetahuan tentang dunia kerja, minat, pertimbangan pilihan karir, serta keterampilan dalam pembuatan keputusan karir.

Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan didorong oleh faktor adanya kecenderungan untuk mendapatkan ganjaran dan faktor pengharapan terhadap terjadinya perubahan.

Faktor-faktor yang menentukan dalam memasuki pekerjaan menurut Peter M. Blau (Sukardi, 1987: 88) terdiri dari delapan macam, di antaranya yaitu:

  1.       Tuntutan anggota baru untuk mendapat libur atau cuti lebih awal dan lebih lama.
  2.       Faktor kebutuhan fungsional, misalnya teknik kualifikasi.
  3.       Faktor kebutuhan non fungsional, yaitu suatu seleksi yang didasarkan atas dasar
    kriteria yang  tidak relevan.
  4.       Ganjaran (reward), seperti gaji (income), prestise, tenaga, dan lain-lain.
  5.       Faktor informasi yang lengkap yang berpengaruh dalam memasuki pekerjaan.
  6.       Keterampilan teknik pekerjaan dalam berbagai macam.
  7.       Karakteristik sosial pekerja yang berpengaruh dalam penmbuatan keputusan.
  8.       Faktor orientasi nilai masyarakat yang relatif menentukan signifikasi perbedaan
    ganjaran (reward) yang akan diterima.

Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pekerjaan yang akan dipilih oleh seseorang. Pada hakikatnya, setiap individu akan mengumpulkan informasi mengenai karir yang akan dipilihnya. Informasi yang dikumpulkan oleh seorang individu di antaranya adalah faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.

B.   Donald E. Super (1957)
Super (Sharf, 1992: 121) menjelaskan bahwa dalam kematangan bekerja dan konsep diri (self-concept) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan. Pada teori tersebut Donald E. Super masih menjelaskan masalah perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.

Teori perkembangan jabatan menurut Donald E. Super (anieq et al., 2004) yaitu sebagai berikut:

1.       Setiap orang memiliki perbedaan individual, sebab setiap orang memiliki kemampuan,
  minat, dan ciri-ciri kepribadian yang berbeda.
2.       Setiap individu memiliki kecakapan (potensi) untuk mencapai sukses atau kepuasan
  untuk sejumlah pekerjaan tertentu.
3.       Setiap jenis pekerjaan menuntut pola khas dari kemampuan, minat, nilai-nilai, dan
  sifat-sifat kepribadian.
4.       Preferensi dan kompetensi jabatan akan mengalami perubahan karena waktu dan
  pengalaman, karena membuat pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang kontinu.
5.       Proses perkembangan melewati lima tahapan kehidupan, yaitu tahap
  pertumbuhan (growth), eksplorasi (eksploration), pembentukan (establishment),
  pembinaan (maintenance), dan tahap kemunduran (decline). Kemudian pada tahap
  eksplorasi dibagi kembali menjadi tahap fantasi, tentatif, dan tahap realistis.
  Sedangkan pada tahap pembentukan dibagi menjadi tahap mencoba (trial) dan
  tahap yang mentah (stable).
6.       Pola karir pada umumnya ditentukan oleh tingkat sosial ekonomi keluarga,
  kemampuan mental, kepribadan, dan kesempatan (faktor internal dan eksernal).
7.       Perkembangan tingkat kehidupan (life stage) atau arah pilihan jabatan seseorang
  selalu berkembang dan dapat diarahkan dengan mempermudah proses kematangan
  kemampuan, minat, mengembangkan konsep diri, serta kesempatan yang
  cukup memadai.
8.       Proses perkembangan jabatan penting dalam mengembangkan dan melaksanakan suatu
  konsep diri.
9.       Proses perpaduan antara faktor individual dan sosial atau antara konsep diri dengan
  kenyataan (reality testing). Interaksi antara individu dengan lingkungan yang
  membentuk pola karir.
10.    Kepuasan kerja dan kepuasan hidup sangat bergantung pada luasnya individu dapat
  menyalurkan potensi-potensi, kepribadian dan nilai-nilai yang dimilikinya.

C.   John Holland (1959)
John Holland (Sharf, 1992: 45) memandang bahwa pilihan karier dan penyesuaian karir merupakan pengembangan dari kepribadian seseorang. Individu mengekspresikan dirinya, ketertarikan, dan nilai-nilai melalui pilihan karir mereka. Teori ini mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pemilihan karir dengan tipe kepribadian yang dimiliki individu dan penting sekali membangun keterkaitan atau kecocokan antara dua hal tersebut.

Holland mengakui bahwa teori hanya dapat menjelaskan sebagian dari variabel-variabel yang mendasari pilihan karir. Dia menyatakan bahwa model teoretis dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas sosial, kecerdasan, dan pendidikan. Dengan pemahaman itu, ia melanjutkan untuk menetapkan bagaimana individu dan lingkungan saling berinteraksi melalui pengembangan terpisah enam tipe: Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional.

Tiga konstruksi penting bagi konseptualisasi dan penggunaan tipe kepribadian Holland dalam konseling adalah kesesuaian, perbedaan, dan konsistensi. Ini mengacu pada hubungan antara kepribadian dan lingkungan (kesesuaian), hubungan antara lingkungan dan kepentingan relatif (diferensiasi), dan hubungan tipe satu sama lain (konsistensi).

Pokok pikiran yang mendasari teori Holland (Manrihu, 1992: 70) yaitu sebagai berikut.
 1.       Individu dapat dikategorikan menjadi enam tipe kepribadian, yaitu: realistik, investigatif,
   artistik, sosial, giat (suka berusaha), dan konvensional.
 2.       Dalam menentukan pilihan karir, individu di arahkan untuk memilih lingkungan pekerjaan
   (okupasional) yang sesuai dengan tipe kepribadiannya.
 3.       Individu mempelajari lingkungan-lingkungan pekerjaan dan melatih keterampilan dan
         kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilai, dan menerima masalah
   masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
 4.       Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadian dengan ciri-ciri
         lingkungannya.

Dalam proses pilihan pekerjaan, Holland (Sukardi, 1987: 81) bependapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor diri dan faktor lingkungan. Faktor diri meliputi pengetahuan tentang diri (self-knowledge), evaluasi diri (self-evaluation), dan pengetahuan karir (arah atau luasnya pekerjaan). Sedangkan faktor lingkungan meliputi potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman, penilaian atasan dan potensi dari atasan, serta batasan-batasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan lingkungan fisik.
John Holland mengemukakan bahwa pengetahuan diri mempunyai peranan meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan yang dipandang dari sudut kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Penilaian diri (self-evaluation) berbeda dengan pengenalan diri. Penilaian diri lebih menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Penilaian diri yang terlalu tinggi mengakibatkan pilihan yang melebihi kecakapannya atau aspirasi yang tidak realistis, dan penilaian yang kurang menyebabkan pilihan di bawah kecakapan atau aspirasi yang tidak realistis.
Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian. Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

D.   David V. Tiedeman (1989)
David V. Tiedeman (Sharf, 1992: 304) mengemukakan bahwa keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau karir tertentu merupakan suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang dibuat individu pada tahap-tahap kehidupannya di masa lalu.

Pembuatan keputusan menurut David V. Tiedeman dibagi menjadi dua periode, yaitu periode antisipasi (anticipation) dan periode implementasi (implementation). Kedua periode ini merupakan inti dari suatu perkembangan karir. Perkembangan pekerjaan itu diorientasikan dari keputusan mengenai sekolah, kerja dan kehidupannya.

1.       Periode Antisipasi (The Period of Anticipation)
  Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 1992: 307) membagi antisipasi dalam membuat
  keputusan karir menjadi empat proses, yaitu eksplorasi, kristalisasi, pemilihan,
  dan klarifikasi. Miller dan Tiedeman (1989) menegaskan bahwa tahapan tersebut
  sebagai panduan (guideline) dalam mengantisipasi suatu keputusan.

a.       Eksplorasi
  Eksplorasi yang dimaksud adalah penjelajahan terhadap kemungkinan alternatif
  keputusan yang akan diambil. Melalui eksplorasi ini, individu mengetahui dengan
  jelas konsekuensi apa yang akan dialami jika mengambil keputusannya tersebut.
b.       Kristalisasi
  Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 1992: 308) berasumsi bahwa kristalisasi merupakan
  sebuah stabilisasi dari representasi berpikir. Pada tahap ini, pemikiran dan perasaan
  mulai terpadu dan teratur. Keyakinan atas pilihan yang akan diambil menguat.
  Definisi tentang alternatif pilihan semakin jelas.
c.       Pemilihan
  Sama halnya dengan perkembangan kristalisasi, proses pemilihan pun terjadi.
  Masalah-masalah individu berorientasi kepada tujuan yang relevan, yaitu individu
  mulai mengorganisir dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai
  pilihan karir masa depan. Sehingga pada tahap ini individu percaya atas pilihannya.
d.       Klarifikasi
  Ketika seorag induvidu membuat keputusan lalu melakukannya, mungkin dalam
  perjalanannya ada yang lancar mungkin ada yang mempertanyakan kembali karena
  kebingungan. Pada saat individu mengalami kebingungan, seharusnya individu
  tersebut melakukan eksplorasi kembali, kristalisasi, lalu melakukan pemilihan
  alternatif kembali dan seterusnya.

2.       Periode Implementasi dan Penyesuaian (The Period of Implementation and Adjustment).
  Periode implementasi dan penyesuaian ini oleh David V. Tiedeman (Sharf, 1992: 310)
  digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap induksi (induction),
  tahap transisi (transitition), dan tahap mempertahankan (maintenance).

a.       Tahap Induksi
  Tahap ini terjadi atau dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti.
  Individu mengorganisir karir dari tujuan individu ke dalam interaksi yang
  berhubungan dengan masyarakat (misalnya melanjutkan sekolah atau pekerjaan).
  Selama tahap ini, individu mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan
  yang telah dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternatif
  menjadi suatu bagian. Dalam arti lain, tujuan   individu dan dunia kerja
  berasimilasi dengan posisinya sebagai salah satu aspek yang memungkinkan
  mendorongnya untuk berhasil.

b.      Tahap Transisi
  Dalam tahap ini, orientasi yang diutamakan adalah disesuaikan kepada penetapan
  tujuan karir yang diambilnya. Walaupun telah diperoleh kepercayaan bahwa
  seseorang akan berhasil terhadap pembuatan keputusan karirnya, akan tetapi
  seorang individu masih mengalami tahap transisi berbagai keputusan yang
  telah diambilnya, yaitu adanya berbagai kemungkinan bahwa individu
  akan menyimpang arah.

c.       Tahap Mempertahankan
  Pada tahap mempertahankan, individu memelihara kaputusan karir yang
  telah diambilnya. Prospek terhadap segala usahanya telah menuju kepada status
  di masa mendatang dan seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir.

Daftar Pustaka 
Manrihu, Muhammad Thayeb. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara.
Sharf, Richard S. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/ Cole Publishing Company.
Sukardi, Dewa Ketut. (1987). Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Winkel, W.S & Sri Hastuti. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
http://dachulovers.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar